Senin, 22 Februari 2016

Sejarah Candi Borobudur, asal mula, penemuan dan relief Borobudur

Sejarah Candi Borobudur, asal mula, penemuan dan relief Borobudur – Bangunan kuno yang merupakan salah satu keajaiban dunia ini begitu banyak menyimpan jejak sejarah masa lampau, terutama bagi bangsa Indonesia. Bagaimana Borobudur dibangun? Siapa yang membangun? Kapan candi Borobudur ditemukan? Beberapa pertanyaan tersebut rasanya menarik untuk dicari jawabannya.
Sejarah merupakan kejadian masa lampau yang kita sendiri tidak mengalaminya. Jadi kita tidak mungkin mengetahuinya secara nyata, jelas dan pasti. Mengapa? Karena kita tidak hidup pada zaman candi Borobudur. Jadi, jika nanti ada tulisan yang kurang pas atau bahkan salah, alangkah senangnya jika berbagi dengan penulis. Admin menulis hanya berdasarkan beberapa referensi baik offline (buku) maupun online (internet).
Borobudur merupakan sebuah candi peninggalan kerajaan Buddha yang letaknya sebelah selatan Magelang, kurang lebih 40 km sebelah barat laut kota Yogyakarta. Dataran subur yang mengelilingi bangsa Barat menyebutnya sebagai The Garden of Java yang berarti Taman Jawa. Dataran tersebut dikelilingi 4 gunung, yaitu sebagai berikut :
1. Gunung Sumbing, tingginya 3.371 m
2. Gunung Sindoro, tingginya 3.135 m
3. Gunung Merbabu, tingginya 3.142 m, dan
4. Gunung Merapi, tingginya 2.911 m
Sejarah Candi Borobudur, asal mula, penemuan dan relief Borobudur

Asal mula Borobudur

Candi Borobudur merupakan bangunan kuno yang memiliki stupa tertua dan kompleks stupa terbesar di dunia. Oleh UNESCO namanya tercatat sebagai pewarisan budaya dunia dan dianggap sebagai salah satu dari 7 keajaiban dunia. Menurut sejarahnya, Candi Borobudur dibangun oleh Samaratungga dari Dinasti Syailendra yang pembangunannya memakan waktu selama kurang lebih 50 tahun. Dimulai dari tahun 778 sampai 856 Masehi, 300 tahun sebelum Angkor Wat di Kamboja, dan 200 tahun sebelum Notre Dame.
Borobudur merupakan sebuah bangunan berbentuk piramida berundak yang terbagi atas 9 lapis lantai. Enam lantai bagian bawah berbentuk platform bujur sangkar, lingkaran terluarnya dipenuhi dengan galeri relief, yang merupakan gudang pusaka seni pahat yang tersohor di dunia, panjang nya mencapai 2,5 km, sehingga Borobudur hampir sama dengan piramida Mesir,
Nama Borobudur diperkirakan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu : Vihara Buddha Ur, yang berarti Kuil Buddha dari puncak gunung.
Sebelumnya, candi peninggalan Dinasti Syailendra memiliki ketinggian 42 meter, tetapi setelah mengalami pemugaran, tingginya berkurang menjadi 34,5 meter, dengan dimensi 123 x 123 m, lantai/tingkat 10. Lantai 1 sampai 6 berbentuk segi empat, dan lantai 7 sampai 10 berbentuk lingkaran.
Candi Borobudur menghadap ke timur, terdiri dari 1.460 panel, yang masing-masing panel memiliki lebar 2 meter. Luas seluruh dindingnya mencapai 2.500 meter persegi, yang penuh dengan relief. Panel yang memiliki relief berjumlah 1.212.
Menurut penelitian para ahli sejarah, jumlah patung Buddha terdapat sekitar 504, baik patung yang masih utuh dan yang hancur. Hingga saat ini Borobudur sudah dipugar sebanyak 2x, yaitu tahun 1905 sampai 1910, dan tahun 1973 sampai 1983.

Penemuan Candi Borobudur

Pada tahun 1006 Masehi terjadi sebuah letusan maha dahsyat gunung berapi, Borobudur terkubur di bawah lapisan abu gunung berapi. Baru pada tahun 1814 Masehi, candi peninggalan Buddha tersebut ditemukan dibalik hutan belantara yang lebat.
Diceritakan saat itu Raffles yang merupakan wakil gubernur Inggris yang ditugaskan di pulau Jawa mendengar cerita dari para pemburu dan penduduk tentang ditemukannya sebuah candi besar yang tersembunyi di dalam hutan lebat. Maka Raffles mengutus insinyur WN-Belanda untuk menyatakan hal tersebut. Dan benar adanya, akhirnya Borobudur timbul di nusantara. Tahun 1973 dengan bantuan UNESCO, dilakukan restorasi berskala besar terhadap Candi Borobudur.

5 tahap pembangunan Borobudur

Candi Borobudur dibangun dalam kurun waktu kurang lebih 50 tahun, melalui beberapa tahapan. Dari beberapa tahap pembangunannya desain candi ini mengalami beberapa kali perubahan pula. Berikut 5 tahap pembangunan Borobudur :
Tahap pertama, dimulai sekitar tahun 780 Masehi. Pada tahap ini, masih merupakan bangunan kecil dengan 3 buah teras bertumpuk, didirikan ketika bangunan lainnya mulai dibangun dan kemudian dihancurkan. Kemungkinan awalnya dirancang sebagai sebuah piramida bertingkat.
Tahap kedua. Pada tahap kedua, pondasi candi diperlebar, menutupi kaki asli. Jumlah teras juga diperbanyak, menjadi 2 buah teras persegi empat dan 1 buah teras bundar.
Tahap Ketiga. Pada tahap ketiga ini, perubahan lebih teliti diterapkan. Puncak teras bundar dipindah dan digantikan dengan serangkaian tiga buah teras bundar. Di puncak setiap teras dibangun stupa juga.
Tahap keempat dan kelima. Terjadi sedikit perubahan pada monumen, penambahan relief-relief baru dan perubahan tangga dan patung di sepanjang jalan. Simbol pada monumen tetap sama, namun, sebagian besar dekorasinya dirubah.

Kesalahan desain Candi Borobudur

Menurut I Gusti Ngurah Anom (Dirjen Kebudayaan) dalam “Simposium Rahasia di Balik Keagungan Borobudur” yang diselenggarakan oleh Dhammasena Universitas Trisakti di Jakarta, desain candi Borobudur mengalami kesalahan, yang kemudian diperbaiki dengan membuat kaki tambahan yang menutupi kaki aslinya. Hal ini dilakukan pada tahap kedua pembangunan candi.
Adanya dua kaki tambahan tersebut pertama kali diketahui oleh Yzerman (tahun 1885) ketika mengadakan penelitian penyelamatan Candi Borobudur dari bahaya kerusakan. Kaki tambahan seperti yang terlihat sekarang, bentuknya sederhana dan acap kali disebut teras lebar.
Teras lebar tersebut menutupi relief di kaki asli, terdiri dari 160 pigura. Di beberapa pigura terdapat tulisan singkat sebagai petunjuk ringkas bagi pemahat candi dalam huruf Jawa Kuno. Dan ternyata kata-kata yang dipergunakan tersebut juga terdapat dalam kitab Mahakarmavibhangga yang memuat cerita tentang cara kerja hukum karma dalam kehidupan manusia.
Yang menjadi polemik di kalangan para arkeolog hingga saat ini adalah : Mengapa relief di kaki asli Candi Borobudur ditutup? Sebagian berpendapat sekedar masalah teknis agar candi itu tidak longsor, karena kaki aslinya sangat curam. Namun, sebagian lagi mengatakan bahwa penutupan kaki candi karena alasan keagamaan.Argumentasinya, karena relief di kaki asli menggambarkan kehidupan nyata sehari-hari yang terkadang berkesan sadis, seronok, dan lain sebagainya. Hal ini dianggap tidak pantas diketahui oleh umat Buddha yang berkunjung ke Borobudur.
Apakah memang telah terjadi kesalahan desain dalam pembangunan Borobudur? Tidak ada seorangpun yang tahu dengan pasti

6 Patung Buddha dan posisinya

Di Candi Borobudur, terdapat patung Buddha yang memiliki 6 bentuk atau mudra yang berbeda. Keenam mudra Buddha tersebut adalah sebagai berikut :
1. Bhumisparcamudra (memanggil bumi untuk menyaksikan)
Posisinya tangan kanan Buddha menyentuh bumi, diletakkan di atas lutut kanan, jari-jari menunjuk ke bawah. Mudra ini melambangkan permintaan Buddha kepada Dewa Bumi untuk menyaksikan perilakunya yang benar ketika menyangkal tuduhan Mara. Mudra ini merupakan ciri khas bagi Dhyani Buddha Aksobhya.
2. Abhayamudra
Posisinya tangan kanan Buddha di letakkan di atas paha kanan, telapak tangan menghadap ke atas. Melambangkan upaya penghalauan terhadap rasa takut. Mudra ini merupakan Dhyani Buddha Amoghasiddi, Buddha Utara.
3. Dhyanamudra (meditasi)
Posisinya kedua tangan Budha terbuka dan diletakkan di pangkuan, tangan kanan berada di atas tangan kiri, dan 2 ibu jari saling menyentuh. Mudra ini dianggap berasal dari Amitabha, Dhyani Buddha Barat.
4. Varamudra (amal)
Posisinya, tangan kanan Budha diputar ke atas, jari-jari ke bawah dan diletakkan di lutut kanan. Dhyani Buddha tersebut adalah Ratnasambhava, Buddha Selatan.
5. Virtakamudra (posisi menimbang keputusan secara matang)
Posisi Sang Budha mengangkat tangan kanan di atas lutut kanan, telapak tangan menghadap ke atas, dan ujung jari telunjuk menyentuh ibu jari. Dhyani Buddha adalah Budha dari semua arah.
6. Dharmacakramudra (perputaran roda Hukum)
Posisi Sang Budha : kedua tangan ditahan di dada, tangan kiri di bawah tangan kanan, dan diputar ke atas dengan jari manis menyentuh ibu jari, jari manis tangan kanan menyentuh jari kelingking kiri. Posisi ini memberi kesan perputaran roda, dan dihubungkan dengan Vairocana. Melambangkan kotbah pertama Sakyamuni di Taman Kijang di Benares. Dhyani Buddha Puncak.

Relief Candi Borobudur

Relief yang terukir di permukaan dinding candi Borobudur merupakan karya seni yang tak ternilai harganya. Saat pembangunan Borobudur tahap pertama, terdapat serangkaian relief pada kaki bangunan.
Relief Candi Borobudur
Relief Candi Borobudur
Ilustrasi teks/tulisannya diambil dari Karmavibhangga (Hukum Sebab Akibat). Teks tersebut mencerminkan niat baik dan imbalannya, tetapi lebih menitikberatkan pada hukuman berat bagi mereka yang berniat jahat, misalnya membunuh hewan, berkelahi dan sebagainya.
Dinding galeri pertama didekorasi oleh 4 rangkaian relief, yaitu : dua pada tembok serambi, dan dua pada tembok utama. Kedua rangkaian relief di dinding serambi diambil dari teks Jatakas, atau Kisah Kelahiran yang menceritakan kehidupan Sakyamuni (Buddha Gautama) dalam berbagai inkarnasi sebelum kelahirannya sebagai manusia. Tema dari kisah tersebut adalah pengorbanan diri sebagai sarana memperoleh kebaikan dan kelahiran yang lebih baik pada kehidupan berikutnya, dengan mencapai nirwana sebagai tujuan akhir.
Tingkat dinding utama selanjutnya yang lebih rendah dihias dengan kisah kelahiran yang lain. Menceritakan kehidupan orang-orang selain Sakyamuni yang juga memperoleh pencerahan. Berbeda dengan ajaran Buddha Theravada, yang didalamnya diyakini bahwa hanya 1 orang yang sanggup memperoleh pencerahan pada zaman ini, para pengikut Buddha Mahayana yakin banyak makhluk yang telah mencapai tahap ini. Teks ini disebut Avadanas.
Pada tingkat dinding utama yang lebih tinggi, galeri pertamanya berupa relief-relief yang menceritakan kehidupan Sakyamuni (Siddharta Gautama) sepanjang kehidupannya sebagai pangeran sebagai guru bertapa. Relief-relief ini dimulai ketika Buddha berada di surga sebelum reinkarnasi terakhirnya, dan berakhir dengan upacara pertamanya di Taman Kijang di Benares. Teks ini dinamakan Lalitavista.
Rangkaian ke-5 dan terakhir menempati 3 galeri Borobudur bagian atas. Teks tersebut digunakan sebagai sumber inspirasi yang disebut Gandavyuha. Ukiran tersebut menceritakan seorang pemuda, anak pedagang yang bernama Sudhana. Ia berguru dari satu guru ke guru lain dalam upaya mencari pencerahan. Sebagian besar relief menunjukkan adegan Sudhana bepergian dengan berbagai alat angkutan, seperti kereta kuda dan gajah.
Juga ditunjukkan adegan ketika dia berlutut di hadapan para gurunya (kalayanamitra/teman baik), baik laki-laki, perempuan, anak-anak dan Bodhisattvas. Penjelajahan pemuda tersebut berakhir di Istana Maitreya, Buddha di masa depan, di puncak gunung Sumeru, dimana ia diberi pelajaran dan memiliki berbagai pandangan.
Rangkaian terakhir relief di teras bagian atas diambil dari lanjutan teks ini, disebut Bhadracari, dimana Sudhana bersumpah untuk menjadi Bodhisattva, dan mengikuti contoh Bodhisattva tertentu bernama Samantabhadra.
Penempatan rangkaian relief pada tingkat paling tinggi dari candi Borobudur menunjukkan bahwa relief tersebut merupakan teks yang paling dihormati oleh pendiri Borobudur. Adegan-adegan relief sepertinya didesain untuk mendorong para peziarah agar mengikuti contoh Sudhana ketika memanjat gunung, yang melambangkan tujuan dan sumber kebijaksanaan tertinggi.
Maka dari itu pantaslah rasanya jika kita menyebut candi Candi Borobudur ajaib, hingga ia menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Mungkin kita tidak pernah membayangkan, bahwa di zaman dahulu yang belum ada ilmu pengetahuan secara formal, telah ada seorang manusia yang telah mampu merancang dan membangun monumen besar rumit, kokoh dan unik seperti Borobudur.
Batu yang sedemikian banyak ditumpuk satu per satu hingga membentuk sebuah bangunan tinggi yang indah dan kokoh. Setiap bagian dan reliefnya pun memiliki makna cerita dari keinginan manusia dan hukum sebab akibat.
 http://www.sejarah-negara.com/sejarah-candi-borobudur-asal-mula-penemuan-dan-relief-borobudur/
Home » Asal Usul » Indonesia » Asal Usul Candi Borobudur yang Sengaja DISEMBUNYIKAN!! Asal Usul Candi Borobudur yang Sengaja DISEMBUNYIKAN!! Administrator 9 Comments Asal Usul, Indonesia Selasa, 31 Maret 2015 Tak banyak dari kita yang tahu bagaimana sebetulnya asal usul Candi Borobudur yang hingga saat ini bangunannya bisa kita lihat dan kita sentuh sesuka hati kapanpun. Ya, jarang memang dari kita ini yang mau peduli dengan sejarah. Bagaimana ia sebetulnya mulai terbentuk, apa alasan pembangunan candi megah itu, sejak kapan Candi Borobudur dibangun, hingga kisah-kisah lain yang terkait dengan berdiri kokohnya candi Budha yang satu ini di tanah Jawa, kita semua tak tahu. Nah, menyadari hal itu, saya kemudian berpikir untuk menuliskan rahasia asal usul Candi Borobudur yang belum banyak diketahui orang khusus bagi Anda yang memang benar-benar ingin mengetahuinya. Beruntunglah Anda telah memperoleh pemahaman gratis dari blog Kisah Asal Usul ini. Silakan disimak! Asal Usul Candi Borobudur Sekilas Tentang Asal Usul Candi Borobudur Candi Borobudur adalah sebuah candi Buddha yang berada di Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang. Letaknya adalah sekitar 15 km arah selatan kota Magelang. Candi ini berada di dataran berbukit yang hampir seluruhnya dikelilingi oleh gunung. Adapun gunung yang mengelilingi candi ini antara lain Gunung Merbabu (sebelah timur), Gunung Merapi (sebelah Barat laut), Gunung Sumbing (sebelah Selatan) dan Gunung Sindoro (sebelah Utara). Perkiraan Asal-Usul Didirikannya Borobudur Hasil perkiraan para ahli sejawan menyebut bahwa Candi Borobudur didirikan di sekitar tahun 800 Masehi. Perkiraan ini didasari oleh penemuan adanya suatu tulisan singkat yang dipahatkan pada pigura asli relief kaki candi (Karwa Wibhangga). Tulisan ini menggunakan huruf pallawa yang diidentifikasi merupakan huruf yang digunakan di abad ke 8 Masehi. Perkiraan ini semakin kuat dengan ditemukannya kecocokan bukti yang terkait dengan kerangka sejarah Indonesia secara umum.[BACA : Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia ] Abad ke 8 Masehi memang diketahui merupakan abad kejayaan Wangsa Syailendra yang merupakan Wangsa kerajaan Budha. Banyak ditemukan candi-candi kecil yang ditemukan di kaki dan lereng gunung yang mengitari Candi Borobudur yang diidentifikasi merupakan peninggalan wangsa Syailendra yang merupakan wangsa penganut agama Budha Mahayana. Nah, berdasar bukti-bukti tersebut, ditariklah kesimpulan bahwa asal usul Candi Borobudur adalah dibangun oleh Wangsa Syailendra pada Abad ke 800 masehi. Asal Usul Candi Borobudur Tahap Pembangunan Borobudur Dari bukti sejarah yang berupa identifikasi serat dan corak batuan yang digunakan dalam pembangunan Candi Borobudur, serta beberapa prasasti pada sekitar abad pembangunannya, di perkirakan bahwa asal usul Candi Borobudur dibangun oleh Wangsa Syailendra dalam waktu 50 tahun. Pembangunan tersebut dilakukan dengan beberapa tahapan yang antara lain: Tahap Pertama; Pembangunan tata susun bertingkat dengan rancangan membentuk piramida berundak. Akan tetapi analisis karbon menunjukan jika susunan tersebut kemudian di bongkar untuk disusun ulang, mungkin karena kesalahan rancangan sehingga tahap ini belum bisa dikatakan asal usul Candi Borobudur. Tahap kedua; Pada tahap kedua, pondasi Candi Borobudur diperlebar. Pondasi ini ditambah dengan dua buah undak persegi dan satu buah undak lingkaran. Undak ini kemudian langsung diberi stupa induk besar. Tahap ketiga; Undak di atas lingkaran yang dilengkapi dengan stupa induk besar hasil pekerjaan tahap kedua dibongkar dan digantikan dengan tiga buah undak lingkaran. Beberapa stupa dipasang pada puncak undak-undak ini, di mana salah satunya merupakan stupa dengan ukuran besar (di bagian tengah). Tahap keempat; Diperkirakan ada perubahan kecil berupa pembuatan relief, penambahan tangga, dan penggunaan lengkung di atas pintu masuk. Asal-Usul Penemuan Candi Borobudur Asal Usul Candi Borobudur Setelah Candi Borobudur selesai dibangun, beberapa prasasti menyebut jika Candi ini kemudian digunakan oleh orang-orang agama Budha masa itu sebagai tempat ibadah dan ziarah. Penggunaan candi ini hanya berlangsung dalam waktu singkat, yakni sekitar 150 tahun. Singkatnya penggunaan candi ini memang tak sesuai dengan lama proses pembangunannya. Hal ini diketahui dapat terjadi karena adanya migrasi besar-besaran orang-orang Budha di sekitar Candi karena keruntuhan Wangsa Syailendra. Mereka terdesak oleh keberadaan orang-orang hindu yang secara kuantitas memang lebih banyak. Dengan semakin sedikitnya para penganut Budha di sekitar wilayah tersebut (Magelang saat ini), Candi Borobudur kemudian tidak digunakan lagi. Ia tidak terawat dan sebagian dirusak oleh orang-orang yang belum berpikir pentingnya peninggalan sejarah itu di masa depan. Karena tak lagi terurus, Borobudur pun kemudian semakin rusak oleh alam. Waktu terbengkalainya yang cukup lama membuat Candi megah ini ditumbuhi pepohonan besar, tertimbun oleh abu letusan gunung yang ada di sekitarnya, dan tertutup hilang terpendam di dalam tanah.[BACA : Batu Merah Delima, Kegunaan, Asal-usul dan Harganya ] Penemuan Kembali Candi Borobudur Borobudur tertimbun tanah. Siapapun orang-orang di sana tak pernah tahu jika dibawah kaki mereka ada sebuah Candi besar peninggalan kebudayaan nenek moyang terdahulu. Namun keadaan berubah setelah sekitar tahun 1814 Masehi, Sir Thomas Stamford Rafless menemukan puing-puing batuan berusia tua dalam jumlah banyak di sekitar wilayah tersebut. Sir Thomas Stamford Rafles adalah Gubernur Jendral Inggris yang memimpin Indonesia pada masa peralihan penjajahan dari Belanda ke Inggris tahun 1811 M –1816 M. Ia dianggap sebagai orang pertama yang menguak asal usul Candi Borobudur yang awalnya tertimbun tanah. Ia memerintahkan anak buahnya untuk membongkar tanah di sekitar tempatnya menemukan batu-batuan tua itu. Dan benar saja, sebuah tumpukan batu-batu besar menjulang membentuk sebuah piramida raksasa. Rafless kemudian memerintahkan anak buahnya itu untuk meneruskan pekerjaannya, akan tetapi karena kesibukan perang pekerjaan ini akhirnya terbengkalai. Pada tahun 1835 Masehi, Hartman, Gubernur Jendral Belanda melanjutkan proses pengangkatan Candi Borobudur yang ditinggalkan oleh Rafless selepas Inggris mengalami kekalahan perang dalam memperbutkan daerah jajahannya yaitu Indonesia. Hartman mengerahkan banyak pekerja untuk membongkar dan menghilangkan semua penghalan yang menutupi tumpukan batu-batu ini. Ia memang sangat tertarik pada candi yang ditemukannya tersebut dan mengusahakan pembersihan menyeluruh dari puing-pung yang mengotori candi ini. Pemugaran Candi Borobudur yang Pertama Kali Kendati sudah dibersihkan dari segala macam puing, tanah, dan kayu-kayu besar yang menutupinya. Candi Borobudur belumlah berbentuk secara sempurna. Banyak bagian yang gompel, hilang, dan rusak karena ditelan zaman. Menyadari hal ini, pada tahun 1907-1911 Masehi, di bawah pimpinan Van Erf, Belanda mulai melakukan pemugaran terhadap candi yang memang terlihat belum sempurna. Pemugaran ini masih dilakukan dengan teknologi konvensional, sehingga reliefnya belum juga terbentuk seperti aslinya. Pemugaran Candi Borobudur ini hanya dilakukan sebatas untuk menghindari kerusakan-kerusakan lebih lanjut dengan memindahkan batuan-batuan yang rentan runtuh dari asal usul Candi Borobudur yang awalnya tak terurus. Kendati demikian, Erf sudah berjasa bagi Bangsa Indonesia karena ia telah menyelamatkan peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia itu dari kerusakan yang lebih parah. Pemugaran Candi Borobudur Tahap Berikutnya Disibukan oleh kekacauan politik, militer, ekonomi sejak berlangsungnya perang dunia pertama, beberapa pemerintah yang sempat berkuasa di Indonesia mulai dari pemerintah Jajahan Belanda, Pemerintah Jajahan Jepang, dan Pemerintah Republik Indonesia menjadi tak lagi peduli dengan peninggalan sejarah yang memiliki nilai histori ini. Candi Borobudur dibiarkan begitu saja tanpa perawatan, terbengkalai, dan tak dipedulikan. [BACA : Mengenal Manfaat Pring Pethuk Lebih Jauh ] Seiring berjalannya waktu, saat kondisi negara mulai membaik, pada tanggal 10 Agustus 1973 pemugaran lanjut kemudian dilakukan di masa kepemimpinan Presiden Soeharto. Bukti pemugaran ini berupa prasasti seberat 20 ton yang sengaja dibuat dan diletakan di sebelah Barat Laut Candi menghadap ke Timur. Uniknya, pemugaran Candi Borobudur yang berada di bawah pimpinan Dr. Soekmono ini dilakukan oleh sekitar 600 pekerja yang kebanyakan di antaranya merupakan tenaga-tenaga muda lulusan SMA dan STM bangunan yang sebelumnya sudah diberikan pendidikan dan keterampilan khususnya tentang bidang Chemika Arkeologi (CA) dan Teknologi Arkeologi (TA). Mereka adalah asli putra dan putri bangsa Indonesia sendiri, tak ada satu pun di antaranya tenaga ahli dari luar negeri. Beberapa bagian yang dipugar dari Candi Borobudur pada masa itu antara lain Rapadhatu (tempat tingkat di bagian bawah yang berbentuk persegi), kaki candi, Teras 1, Teras 2, Teras 3, dan Stupa Induk. Dengan banyaknya bagian yang dipugar ini, waktu yang dibutuhkan untuk proses pengerjaannya adalah sekitar 10 tahun. Ya, pemugaran selesai dilakukan pada 23 Februari 1983. Asal Usul Candi Borobudur Candi Borobudur Saat Ini Candi Borobudur saat ini setiap tahunnya dikunjungi oleh lebih dari 3,5 juta wisatawan baik lokal maupun mancanegara (Data Tahun 2013). Perihal asal usul Candi Borobudur, di salah satu bagian candi juga dijelaskan secara singkat. Anda bisa menikmati keindahan yang tersaji dari bangunan bersejarah tersebut, di mana gunung-gunung yang mengitari bangunan peninggalan Dinasti Syailendra ini tentu membuat pengalaman tersendiri. Tunggu apa lagi, segeralah beranjak untuk pergi ke Magelang, buktikan kebenaran asal usul Candi Borobudur yang Anda peroleh dari artikel ini. Salam.

Sumber: http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/03/asal-usul-candi-borobudur-yang-sejarah.html
Disalin dari Blog Kisah Asal Usul.
Home » Asal Usul » Indonesia » Asal Usul Candi Borobudur yang Sengaja DISEMBUNYIKAN!! Asal Usul Candi Borobudur yang Sengaja DISEMBUNYIKAN!! Administrator 9 Comments Asal Usul, Indonesia Selasa, 31 Maret 2015 Tak banyak dari kita yang tahu bagaimana sebetulnya asal usul Candi Borobudur yang hingga saat ini bangunannya bisa kita lihat dan kita sentuh sesuka hati kapanpun. Ya, jarang memang dari kita ini yang mau peduli dengan sejarah. Bagaimana ia sebetulnya mulai terbentuk, apa alasan pembangunan candi megah itu, sejak kapan Candi Borobudur dibangun, hingga kisah-kisah lain yang terkait dengan berdiri kokohnya candi Budha yang satu ini di tanah Jawa, kita semua tak tahu. Nah, menyadari hal itu, saya kemudian berpikir untuk menuliskan rahasia asal usul Candi Borobudur yang belum banyak diketahui orang khusus bagi Anda yang memang benar-benar ingin mengetahuinya. Beruntunglah Anda telah memperoleh pemahaman gratis dari blog Kisah Asal Usul ini. Silakan disimak! Asal Usul Candi Borobudur Sekilas Tentang Asal Usul Candi Borobudur Candi Borobudur adalah sebuah candi Buddha yang berada di Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang. Letaknya adalah sekitar 15 km arah selatan kota Magelang. Candi ini berada di dataran berbukit yang hampir seluruhnya dikelilingi oleh gunung. Adapun gunung yang mengelilingi candi ini antara lain Gunung Merbabu (sebelah timur), Gunung Merapi (sebelah Barat laut), Gunung Sumbing (sebelah Selatan) dan Gunung Sindoro (sebelah Utara). Perkiraan Asal-Usul Didirikannya Borobudur Hasil perkiraan para ahli sejawan menyebut bahwa Candi Borobudur didirikan di sekitar tahun 800 Masehi. Perkiraan ini didasari oleh penemuan adanya suatu tulisan singkat yang dipahatkan pada pigura asli relief kaki candi (Karwa Wibhangga). Tulisan ini menggunakan huruf pallawa yang diidentifikasi merupakan huruf yang digunakan di abad ke 8 Masehi. Perkiraan ini semakin kuat dengan ditemukannya kecocokan bukti yang terkait dengan kerangka sejarah Indonesia secara umum.[BACA : Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia ] Abad ke 8 Masehi memang diketahui merupakan abad kejayaan Wangsa Syailendra yang merupakan Wangsa kerajaan Budha. Banyak ditemukan candi-candi kecil yang ditemukan di kaki dan lereng gunung yang mengitari Candi Borobudur yang diidentifikasi merupakan peninggalan wangsa Syailendra yang merupakan wangsa penganut agama Budha Mahayana. Nah, berdasar bukti-bukti tersebut, ditariklah kesimpulan bahwa asal usul Candi Borobudur adalah dibangun oleh Wangsa Syailendra pada Abad ke 800 masehi. Asal Usul Candi Borobudur Tahap Pembangunan Borobudur Dari bukti sejarah yang berupa identifikasi serat dan corak batuan yang digunakan dalam pembangunan Candi Borobudur, serta beberapa prasasti pada sekitar abad pembangunannya, di perkirakan bahwa asal usul Candi Borobudur dibangun oleh Wangsa Syailendra dalam waktu 50 tahun. Pembangunan tersebut dilakukan dengan beberapa tahapan yang antara lain: Tahap Pertama; Pembangunan tata susun bertingkat dengan rancangan membentuk piramida berundak. Akan tetapi analisis karbon menunjukan jika susunan tersebut kemudian di bongkar untuk disusun ulang, mungkin karena kesalahan rancangan sehingga tahap ini belum bisa dikatakan asal usul Candi Borobudur. Tahap kedua; Pada tahap kedua, pondasi Candi Borobudur diperlebar. Pondasi ini ditambah dengan dua buah undak persegi dan satu buah undak lingkaran. Undak ini kemudian langsung diberi stupa induk besar. Tahap ketiga; Undak di atas lingkaran yang dilengkapi dengan stupa induk besar hasil pekerjaan tahap kedua dibongkar dan digantikan dengan tiga buah undak lingkaran. Beberapa stupa dipasang pada puncak undak-undak ini, di mana salah satunya merupakan stupa dengan ukuran besar (di bagian tengah). Tahap keempat; Diperkirakan ada perubahan kecil berupa pembuatan relief, penambahan tangga, dan penggunaan lengkung di atas pintu masuk. Asal-Usul Penemuan Candi Borobudur Asal Usul Candi Borobudur Setelah Candi Borobudur selesai dibangun, beberapa prasasti menyebut jika Candi ini kemudian digunakan oleh orang-orang agama Budha masa itu sebagai tempat ibadah dan ziarah. Penggunaan candi ini hanya berlangsung dalam waktu singkat, yakni sekitar 150 tahun. Singkatnya penggunaan candi ini memang tak sesuai dengan lama proses pembangunannya. Hal ini diketahui dapat terjadi karena adanya migrasi besar-besaran orang-orang Budha di sekitar Candi karena keruntuhan Wangsa Syailendra. Mereka terdesak oleh keberadaan orang-orang hindu yang secara kuantitas memang lebih banyak. Dengan semakin sedikitnya para penganut Budha di sekitar wilayah tersebut (Magelang saat ini), Candi Borobudur kemudian tidak digunakan lagi. Ia tidak terawat dan sebagian dirusak oleh orang-orang yang belum berpikir pentingnya peninggalan sejarah itu di masa depan. Karena tak lagi terurus, Borobudur pun kemudian semakin rusak oleh alam. Waktu terbengkalainya yang cukup lama membuat Candi megah ini ditumbuhi pepohonan besar, tertimbun oleh abu letusan gunung yang ada di sekitarnya, dan tertutup hilang terpendam di dalam tanah.[BACA : Batu Merah Delima, Kegunaan, Asal-usul dan Harganya ] Penemuan Kembali Candi Borobudur Borobudur tertimbun tanah. Siapapun orang-orang di sana tak pernah tahu jika dibawah kaki mereka ada sebuah Candi besar peninggalan kebudayaan nenek moyang terdahulu. Namun keadaan berubah setelah sekitar tahun 1814 Masehi, Sir Thomas Stamford Rafless menemukan puing-puing batuan berusia tua dalam jumlah banyak di sekitar wilayah tersebut. Sir Thomas Stamford Rafles adalah Gubernur Jendral Inggris yang memimpin Indonesia pada masa peralihan penjajahan dari Belanda ke Inggris tahun 1811 M –1816 M. Ia dianggap sebagai orang pertama yang menguak asal usul Candi Borobudur yang awalnya tertimbun tanah. Ia memerintahkan anak buahnya untuk membongkar tanah di sekitar tempatnya menemukan batu-batuan tua itu. Dan benar saja, sebuah tumpukan batu-batu besar menjulang membentuk sebuah piramida raksasa. Rafless kemudian memerintahkan anak buahnya itu untuk meneruskan pekerjaannya, akan tetapi karena kesibukan perang pekerjaan ini akhirnya terbengkalai. Pada tahun 1835 Masehi, Hartman, Gubernur Jendral Belanda melanjutkan proses pengangkatan Candi Borobudur yang ditinggalkan oleh Rafless selepas Inggris mengalami kekalahan perang dalam memperbutkan daerah jajahannya yaitu Indonesia. Hartman mengerahkan banyak pekerja untuk membongkar dan menghilangkan semua penghalan yang menutupi tumpukan batu-batu ini. Ia memang sangat tertarik pada candi yang ditemukannya tersebut dan mengusahakan pembersihan menyeluruh dari puing-pung yang mengotori candi ini. Pemugaran Candi Borobudur yang Pertama Kali Kendati sudah dibersihkan dari segala macam puing, tanah, dan kayu-kayu besar yang menutupinya. Candi Borobudur belumlah berbentuk secara sempurna. Banyak bagian yang gompel, hilang, dan rusak karena ditelan zaman. Menyadari hal ini, pada tahun 1907-1911 Masehi, di bawah pimpinan Van Erf, Belanda mulai melakukan pemugaran terhadap candi yang memang terlihat belum sempurna. Pemugaran ini masih dilakukan dengan teknologi konvensional, sehingga reliefnya belum juga terbentuk seperti aslinya. Pemugaran Candi Borobudur ini hanya dilakukan sebatas untuk menghindari kerusakan-kerusakan lebih lanjut dengan memindahkan batuan-batuan yang rentan runtuh dari asal usul Candi Borobudur yang awalnya tak terurus. Kendati demikian, Erf sudah berjasa bagi Bangsa Indonesia karena ia telah menyelamatkan peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia itu dari kerusakan yang lebih parah. Pemugaran Candi Borobudur Tahap Berikutnya Disibukan oleh kekacauan politik, militer, ekonomi sejak berlangsungnya perang dunia pertama, beberapa pemerintah yang sempat berkuasa di Indonesia mulai dari pemerintah Jajahan Belanda, Pemerintah Jajahan Jepang, dan Pemerintah Republik Indonesia menjadi tak lagi peduli dengan peninggalan sejarah yang memiliki nilai histori ini. Candi Borobudur dibiarkan begitu saja tanpa perawatan, terbengkalai, dan tak dipedulikan. [BACA : Mengenal Manfaat Pring Pethuk Lebih Jauh ] Seiring berjalannya waktu, saat kondisi negara mulai membaik, pada tanggal 10 Agustus 1973 pemugaran lanjut kemudian dilakukan di masa kepemimpinan Presiden Soeharto. Bukti pemugaran ini berupa prasasti seberat 20 ton yang sengaja dibuat dan diletakan di sebelah Barat Laut Candi menghadap ke Timur. Uniknya, pemugaran Candi Borobudur yang berada di bawah pimpinan Dr. Soekmono ini dilakukan oleh sekitar 600 pekerja yang kebanyakan di antaranya merupakan tenaga-tenaga muda lulusan SMA dan STM bangunan yang sebelumnya sudah diberikan pendidikan dan keterampilan khususnya tentang bidang Chemika Arkeologi (CA) dan Teknologi Arkeologi (TA). Mereka adalah asli putra dan putri bangsa Indonesia sendiri, tak ada satu pun di antaranya tenaga ahli dari luar negeri. Beberapa bagian yang dipugar dari Candi Borobudur pada masa itu antara lain Rapadhatu (tempat tingkat di bagian bawah yang berbentuk persegi), kaki candi, Teras 1, Teras 2, Teras 3, dan Stupa Induk. Dengan banyaknya bagian yang dipugar ini, waktu yang dibutuhkan untuk proses pengerjaannya adalah sekitar 10 tahun. Ya, pemugaran selesai dilakukan pada 23 Februari 1983. Asal Usul Candi Borobudur Candi Borobudur Saat Ini Candi Borobudur saat ini setiap tahunnya dikunjungi oleh lebih dari 3,5 juta wisatawan baik lokal maupun mancanegara (Data Tahun 2013). Perihal asal usul Candi Borobudur, di salah satu bagian candi juga dijelaskan secara singkat. Anda bisa menikmati keindahan yang tersaji dari bangunan bersejarah tersebut, di mana gunung-gunung yang mengitari bangunan peninggalan Dinasti Syailendra ini tentu membuat pengalaman tersendiri. Tunggu apa lagi, segeralah beranjak untuk pergi ke Magelang, buktikan kebenaran asal usul Candi Borobudur yang Anda peroleh dari artikel ini. Salam.

Sumber: http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/03/asal-usul-candi-borobudur-yang-sejarah.html
Disalin dari Blog Kisah Asal Usul.

0 komentar:

Posting Komentar