Sejarah merupakan kejadian masa lampau
yang kita sendiri tidak mengalaminya. Jadi kita tidak mungkin
mengetahuinya secara nyata, jelas dan pasti. Mengapa? Karena kita tidak
hidup pada zaman candi Borobudur. Jadi, jika nanti ada tulisan yang
kurang pas atau bahkan salah, alangkah senangnya jika berbagi dengan
penulis. Admin menulis hanya berdasarkan beberapa referensi baik offline
(buku) maupun online (internet).
Borobudur merupakan sebuah candi
peninggalan kerajaan Buddha yang letaknya sebelah selatan Magelang,
kurang lebih 40 km sebelah barat laut kota Yogyakarta. Dataran subur
yang mengelilingi bangsa Barat menyebutnya sebagai The Garden of Java yang berarti Taman Jawa. Dataran tersebut dikelilingi 4 gunung, yaitu sebagai berikut :
1. Gunung Sumbing, tingginya 3.371 m
2. Gunung Sindoro, tingginya 3.135 m
3. Gunung Merbabu, tingginya 3.142 m, dan
4. Gunung Merapi, tingginya 2.911 m
Asal mula Borobudur
Candi Borobudur merupakan bangunan kuno
yang memiliki stupa tertua dan kompleks stupa terbesar di dunia. Oleh
UNESCO namanya tercatat sebagai pewarisan budaya dunia dan dianggap
sebagai salah satu dari 7 keajaiban dunia. Menurut sejarahnya, Candi
Borobudur dibangun oleh Samaratungga dari Dinasti Syailendra yang
pembangunannya memakan waktu selama kurang lebih 50 tahun. Dimulai dari
tahun 778 sampai 856 Masehi, 300 tahun sebelum Angkor Wat di Kamboja,
dan 200 tahun sebelum Notre Dame.
Borobudur merupakan sebuah bangunan
berbentuk piramida berundak yang terbagi atas 9 lapis lantai. Enam
lantai bagian bawah berbentuk platform bujur sangkar, lingkaran
terluarnya dipenuhi dengan galeri relief, yang merupakan gudang pusaka
seni pahat yang tersohor di dunia, panjang nya mencapai 2,5 km, sehingga
Borobudur hampir sama dengan piramida Mesir,
Nama Borobudur diperkirakan berasal dari
bahasa Sansekerta yaitu : Vihara Buddha Ur, yang berarti Kuil Buddha
dari puncak gunung.
Sebelumnya, candi peninggalan Dinasti
Syailendra memiliki ketinggian 42 meter, tetapi setelah mengalami
pemugaran, tingginya berkurang menjadi 34,5 meter, dengan dimensi 123 x
123 m, lantai/tingkat 10. Lantai 1 sampai 6 berbentuk segi empat, dan
lantai 7 sampai 10 berbentuk lingkaran.
Candi Borobudur menghadap ke timur,
terdiri dari 1.460 panel, yang masing-masing panel memiliki lebar 2
meter. Luas seluruh dindingnya mencapai 2.500 meter persegi, yang penuh
dengan relief. Panel yang memiliki relief berjumlah 1.212.
Menurut penelitian para ahli sejarah,
jumlah patung Buddha terdapat sekitar 504, baik patung yang masih utuh
dan yang hancur. Hingga saat ini Borobudur sudah dipugar sebanyak 2x,
yaitu tahun 1905 sampai 1910, dan tahun 1973 sampai 1983.
Penemuan Candi Borobudur
Pada tahun 1006 Masehi terjadi sebuah
letusan maha dahsyat gunung berapi, Borobudur terkubur di bawah lapisan
abu gunung berapi. Baru pada tahun 1814 Masehi, candi peninggalan Buddha
tersebut ditemukan dibalik hutan belantara yang lebat.
Diceritakan saat itu Raffles yang
merupakan wakil gubernur Inggris yang ditugaskan di pulau Jawa mendengar
cerita dari para pemburu dan penduduk tentang ditemukannya sebuah candi
besar yang tersembunyi di dalam hutan lebat. Maka Raffles mengutus
insinyur WN-Belanda untuk menyatakan hal tersebut. Dan benar adanya,
akhirnya Borobudur timbul di nusantara. Tahun 1973 dengan bantuan
UNESCO, dilakukan restorasi berskala besar terhadap Candi Borobudur.
5 tahap pembangunan Borobudur
Candi Borobudur dibangun dalam kurun
waktu kurang lebih 50 tahun, melalui beberapa tahapan. Dari beberapa
tahap pembangunannya desain candi ini mengalami beberapa kali perubahan
pula. Berikut 5 tahap pembangunan Borobudur :
Tahap pertama, dimulai sekitar
tahun 780 Masehi. Pada tahap ini, masih merupakan bangunan kecil dengan 3
buah teras bertumpuk, didirikan ketika bangunan lainnya mulai dibangun
dan kemudian dihancurkan. Kemungkinan awalnya dirancang sebagai sebuah
piramida bertingkat.
Tahap kedua. Pada tahap kedua,
pondasi candi diperlebar, menutupi kaki asli. Jumlah teras juga
diperbanyak, menjadi 2 buah teras persegi empat dan 1 buah teras bundar.
Tahap Ketiga. Pada tahap ketiga
ini, perubahan lebih teliti diterapkan. Puncak teras bundar dipindah dan
digantikan dengan serangkaian tiga buah teras bundar. Di puncak setiap
teras dibangun stupa juga.
Tahap keempat dan kelima. Terjadi
sedikit perubahan pada monumen, penambahan relief-relief baru dan
perubahan tangga dan patung di sepanjang jalan. Simbol pada monumen
tetap sama, namun, sebagian besar dekorasinya dirubah.
Kesalahan desain Candi Borobudur
Menurut I Gusti Ngurah Anom (Dirjen
Kebudayaan) dalam “Simposium Rahasia di Balik Keagungan Borobudur” yang
diselenggarakan oleh Dhammasena Universitas Trisakti di Jakarta, desain
candi Borobudur mengalami kesalahan, yang kemudian diperbaiki dengan
membuat kaki tambahan yang menutupi kaki aslinya. Hal ini dilakukan pada
tahap kedua pembangunan candi.
Adanya dua kaki tambahan tersebut
pertama kali diketahui oleh Yzerman (tahun 1885) ketika mengadakan
penelitian penyelamatan Candi Borobudur dari bahaya kerusakan. Kaki
tambahan seperti yang terlihat sekarang, bentuknya sederhana dan acap
kali disebut teras lebar.
Teras lebar tersebut menutupi relief di
kaki asli, terdiri dari 160 pigura. Di beberapa pigura terdapat tulisan
singkat sebagai petunjuk ringkas bagi pemahat candi dalam huruf Jawa
Kuno. Dan ternyata kata-kata yang dipergunakan tersebut juga terdapat
dalam kitab Mahakarmavibhangga yang memuat cerita tentang cara kerja
hukum karma dalam kehidupan manusia.
Yang menjadi polemik di kalangan para
arkeolog hingga saat ini adalah : Mengapa relief di kaki asli Candi
Borobudur ditutup? Sebagian berpendapat sekedar masalah teknis agar
candi itu tidak longsor, karena kaki aslinya sangat curam. Namun,
sebagian lagi mengatakan bahwa penutupan kaki candi karena alasan
keagamaan.Argumentasinya, karena relief di kaki asli menggambarkan
kehidupan nyata sehari-hari yang terkadang berkesan sadis, seronok, dan
lain sebagainya. Hal ini dianggap tidak pantas diketahui oleh umat
Buddha yang berkunjung ke Borobudur.
Apakah memang telah terjadi kesalahan desain dalam pembangunan Borobudur? Tidak ada seorangpun yang tahu dengan pasti
6 Patung Buddha dan posisinya
Di Candi Borobudur, terdapat patung
Buddha yang memiliki 6 bentuk atau mudra yang berbeda. Keenam mudra
Buddha tersebut adalah sebagai berikut :
1. Bhumisparcamudra (memanggil bumi untuk menyaksikan)
Posisinya tangan kanan Buddha menyentuh
bumi, diletakkan di atas lutut kanan, jari-jari menunjuk ke bawah. Mudra
ini melambangkan permintaan Buddha kepada Dewa Bumi untuk menyaksikan
perilakunya yang benar ketika menyangkal tuduhan Mara. Mudra ini
merupakan ciri khas bagi Dhyani Buddha Aksobhya.
2. Abhayamudra
Posisinya tangan kanan Buddha di
letakkan di atas paha kanan, telapak tangan menghadap ke atas.
Melambangkan upaya penghalauan terhadap rasa takut. Mudra ini merupakan
Dhyani Buddha Amoghasiddi, Buddha Utara.
3. Dhyanamudra (meditasi)
Posisinya kedua tangan Budha terbuka dan
diletakkan di pangkuan, tangan kanan berada di atas tangan kiri, dan 2
ibu jari saling menyentuh. Mudra ini dianggap berasal dari Amitabha,
Dhyani Buddha Barat.
4. Varamudra (amal)
Posisinya, tangan kanan Budha diputar ke
atas, jari-jari ke bawah dan diletakkan di lutut kanan. Dhyani Buddha
tersebut adalah Ratnasambhava, Buddha Selatan.
5. Virtakamudra (posisi menimbang keputusan secara matang)
Posisi Sang Budha mengangkat tangan
kanan di atas lutut kanan, telapak tangan menghadap ke atas, dan ujung
jari telunjuk menyentuh ibu jari. Dhyani Buddha adalah Budha dari semua
arah.
6. Dharmacakramudra (perputaran roda Hukum)
Posisi Sang Budha : kedua tangan ditahan
di dada, tangan kiri di bawah tangan kanan, dan diputar ke atas dengan
jari manis menyentuh ibu jari, jari manis tangan kanan menyentuh jari
kelingking kiri. Posisi ini memberi kesan perputaran roda, dan
dihubungkan dengan Vairocana. Melambangkan kotbah pertama Sakyamuni di
Taman Kijang di Benares. Dhyani Buddha Puncak.
Relief Candi Borobudur
Relief yang terukir di permukaan dinding candi Borobudur merupakan karya seni yang tak ternilai harganya. Saat pembangunan Borobudur tahap pertama, terdapat serangkaian relief pada kaki bangunan.Ilustrasi teks/tulisannya diambil dari Karmavibhangga (Hukum Sebab Akibat). Teks tersebut mencerminkan niat baik dan imbalannya, tetapi lebih menitikberatkan pada hukuman berat bagi mereka yang berniat jahat, misalnya membunuh hewan, berkelahi dan sebagainya.
Dinding galeri pertama didekorasi oleh 4 rangkaian relief, yaitu : dua pada tembok serambi, dan dua pada tembok utama. Kedua rangkaian relief di dinding serambi diambil dari teks Jatakas, atau Kisah Kelahiran yang menceritakan kehidupan Sakyamuni (Buddha Gautama) dalam berbagai inkarnasi sebelum kelahirannya sebagai manusia. Tema dari kisah tersebut adalah pengorbanan diri sebagai sarana memperoleh kebaikan dan kelahiran yang lebih baik pada kehidupan berikutnya, dengan mencapai nirwana sebagai tujuan akhir.
Tingkat dinding utama selanjutnya yang lebih rendah dihias dengan kisah kelahiran yang lain. Menceritakan kehidupan orang-orang selain Sakyamuni yang juga memperoleh pencerahan. Berbeda dengan ajaran Buddha Theravada, yang didalamnya diyakini bahwa hanya 1 orang yang sanggup memperoleh pencerahan pada zaman ini, para pengikut Buddha Mahayana yakin banyak makhluk yang telah mencapai tahap ini. Teks ini disebut Avadanas.
Pada tingkat dinding utama yang lebih tinggi, galeri pertamanya berupa relief-relief yang menceritakan kehidupan Sakyamuni (Siddharta Gautama) sepanjang kehidupannya sebagai pangeran sebagai guru bertapa. Relief-relief ini dimulai ketika Buddha berada di surga sebelum reinkarnasi terakhirnya, dan berakhir dengan upacara pertamanya di Taman Kijang di Benares. Teks ini dinamakan Lalitavista.
Rangkaian ke-5 dan terakhir menempati 3 galeri Borobudur bagian atas. Teks tersebut digunakan sebagai sumber inspirasi yang disebut Gandavyuha. Ukiran tersebut menceritakan seorang pemuda, anak pedagang yang bernama Sudhana. Ia berguru dari satu guru ke guru lain dalam upaya mencari pencerahan. Sebagian besar relief menunjukkan adegan Sudhana bepergian dengan berbagai alat angkutan, seperti kereta kuda dan gajah.
Juga ditunjukkan adegan ketika dia berlutut di hadapan para gurunya (kalayanamitra/teman baik), baik laki-laki, perempuan, anak-anak dan Bodhisattvas. Penjelajahan pemuda tersebut berakhir di Istana Maitreya, Buddha di masa depan, di puncak gunung Sumeru, dimana ia diberi pelajaran dan memiliki berbagai pandangan.
Rangkaian terakhir relief di teras bagian atas diambil dari lanjutan teks ini, disebut Bhadracari, dimana Sudhana bersumpah untuk menjadi Bodhisattva, dan mengikuti contoh Bodhisattva tertentu bernama Samantabhadra.
Penempatan rangkaian relief pada tingkat paling tinggi dari candi Borobudur menunjukkan bahwa relief tersebut merupakan teks yang paling dihormati oleh pendiri Borobudur. Adegan-adegan relief sepertinya didesain untuk mendorong para peziarah agar mengikuti contoh Sudhana ketika memanjat gunung, yang melambangkan tujuan dan sumber kebijaksanaan tertinggi.
Maka dari itu pantaslah rasanya jika kita menyebut candi Candi Borobudur ajaib, hingga ia menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Mungkin kita tidak pernah membayangkan, bahwa di zaman dahulu yang belum ada ilmu pengetahuan secara formal, telah ada seorang manusia yang telah mampu merancang dan membangun monumen besar rumit, kokoh dan unik seperti Borobudur.
Batu yang sedemikian banyak ditumpuk satu per satu hingga membentuk sebuah bangunan tinggi yang indah dan kokoh. Setiap bagian dan reliefnya pun memiliki makna cerita dari keinginan manusia dan hukum sebab akibat.
http://www.sejarah-negara.com/sejarah-candi-borobudur-asal-mula-penemuan-dan-relief-borobudur/
Home » Asal Usul » Indonesia » Asal Usul Candi Borobudur yang Sengaja
DISEMBUNYIKAN!!
Asal Usul Candi Borobudur yang Sengaja DISEMBUNYIKAN!!
Administrator
9 Comments
Asal Usul, Indonesia
Selasa, 31 Maret 2015
Tak banyak dari kita yang tahu bagaimana sebetulnya asal usul Candi
Borobudur yang hingga saat ini bangunannya bisa kita lihat dan kita
sentuh sesuka hati kapanpun. Ya, jarang memang dari kita ini yang mau
peduli dengan sejarah. Bagaimana ia sebetulnya mulai terbentuk, apa
alasan pembangunan candi megah itu, sejak kapan Candi Borobudur
dibangun, hingga kisah-kisah lain yang terkait dengan berdiri kokohnya
candi Budha yang satu ini di tanah Jawa, kita semua tak tahu. Nah,
menyadari hal itu, saya kemudian berpikir untuk menuliskan rahasia asal
usul Candi Borobudur yang belum banyak diketahui orang khusus bagi Anda
yang memang benar-benar ingin mengetahuinya. Beruntunglah Anda telah
memperoleh pemahaman gratis dari blog Kisah Asal Usul ini. Silakan
disimak!
Asal Usul Candi Borobudur
Sekilas Tentang Asal Usul Candi Borobudur
Candi Borobudur adalah sebuah candi Buddha yang berada di Kecamatan
Borobudur Kabupaten Magelang. Letaknya adalah sekitar 15 km arah selatan
kota Magelang. Candi ini berada di dataran berbukit yang hampir
seluruhnya dikelilingi oleh gunung. Adapun gunung yang mengelilingi
candi ini antara lain Gunung Merbabu (sebelah timur), Gunung Merapi
(sebelah Barat laut), Gunung Sumbing (sebelah Selatan) dan Gunung
Sindoro (sebelah Utara).
Perkiraan Asal-Usul Didirikannya Borobudur
Hasil perkiraan para ahli sejawan menyebut bahwa Candi Borobudur
didirikan di sekitar tahun 800 Masehi. Perkiraan ini didasari oleh
penemuan adanya suatu tulisan singkat yang dipahatkan pada pigura asli
relief kaki candi (Karwa Wibhangga). Tulisan ini menggunakan huruf
pallawa yang diidentifikasi merupakan huruf yang digunakan di abad ke 8
Masehi. Perkiraan ini semakin kuat dengan ditemukannya kecocokan bukti
yang terkait dengan kerangka sejarah Indonesia secara umum.[BACA : Asal
Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia ]
Abad ke 8 Masehi memang diketahui merupakan abad kejayaan Wangsa
Syailendra yang merupakan Wangsa kerajaan Budha. Banyak ditemukan
candi-candi kecil yang ditemukan di kaki dan lereng gunung yang
mengitari Candi Borobudur yang diidentifikasi merupakan peninggalan
wangsa Syailendra yang merupakan wangsa penganut agama Budha Mahayana.
Nah, berdasar bukti-bukti tersebut, ditariklah kesimpulan bahwa asal
usul Candi Borobudur adalah dibangun oleh Wangsa Syailendra pada Abad ke
800 masehi.
Asal Usul Candi Borobudur
Tahap Pembangunan Borobudur
Dari bukti sejarah yang berupa identifikasi serat dan corak batuan yang
digunakan dalam pembangunan Candi Borobudur, serta beberapa prasasti
pada sekitar abad pembangunannya, di perkirakan bahwa asal usul Candi
Borobudur dibangun oleh Wangsa Syailendra dalam waktu 50 tahun.
Pembangunan tersebut dilakukan dengan beberapa tahapan yang antara lain:
Tahap Pertama; Pembangunan tata susun bertingkat dengan rancangan
membentuk piramida berundak. Akan tetapi analisis karbon menunjukan jika
susunan tersebut kemudian di bongkar untuk disusun ulang, mungkin
karena kesalahan rancangan sehingga tahap ini belum bisa dikatakan asal
usul Candi Borobudur.
Tahap kedua; Pada tahap kedua, pondasi Candi Borobudur diperlebar.
Pondasi ini ditambah dengan dua buah undak persegi dan satu buah undak
lingkaran. Undak ini kemudian langsung diberi stupa induk besar.
Tahap ketiga; Undak di atas lingkaran yang dilengkapi dengan stupa
induk besar hasil pekerjaan tahap kedua dibongkar dan digantikan dengan
tiga buah undak lingkaran. Beberapa stupa dipasang pada puncak
undak-undak ini, di mana salah satunya merupakan stupa dengan ukuran
besar (di bagian tengah).
Tahap keempat; Diperkirakan ada perubahan kecil berupa pembuatan
relief, penambahan tangga, dan penggunaan lengkung di atas pintu masuk.
Asal-Usul Penemuan Candi Borobudur
Asal Usul Candi Borobudur
Setelah Candi Borobudur selesai dibangun, beberapa prasasti menyebut
jika Candi ini kemudian digunakan oleh orang-orang agama Budha masa itu
sebagai tempat ibadah dan ziarah. Penggunaan candi ini hanya berlangsung
dalam waktu singkat, yakni sekitar 150 tahun. Singkatnya penggunaan
candi ini memang tak sesuai dengan lama proses pembangunannya. Hal ini
diketahui dapat terjadi karena adanya migrasi besar-besaran orang-orang
Budha di sekitar Candi karena keruntuhan Wangsa Syailendra. Mereka
terdesak oleh keberadaan orang-orang hindu yang secara kuantitas memang
lebih banyak.
Dengan semakin sedikitnya para penganut Budha di sekitar wilayah
tersebut (Magelang saat ini), Candi Borobudur kemudian tidak digunakan
lagi. Ia tidak terawat dan sebagian dirusak oleh orang-orang yang belum
berpikir pentingnya peninggalan sejarah itu di masa depan. Karena tak
lagi terurus, Borobudur pun kemudian semakin rusak oleh alam. Waktu
terbengkalainya yang cukup lama membuat Candi megah ini ditumbuhi
pepohonan besar, tertimbun oleh abu letusan gunung yang ada di
sekitarnya, dan tertutup hilang terpendam di dalam tanah.[BACA : Batu
Merah Delima, Kegunaan, Asal-usul dan Harganya ]
Penemuan Kembali Candi Borobudur
Borobudur tertimbun tanah. Siapapun orang-orang di sana tak pernah tahu
jika dibawah kaki mereka ada sebuah Candi besar peninggalan kebudayaan
nenek moyang terdahulu. Namun keadaan berubah setelah sekitar tahun 1814
Masehi, Sir Thomas Stamford Rafless menemukan puing-puing batuan
berusia tua dalam jumlah banyak di sekitar wilayah tersebut.
Sir Thomas Stamford Rafles adalah Gubernur Jendral Inggris yang memimpin
Indonesia pada masa peralihan penjajahan dari Belanda ke Inggris tahun
1811 M –1816 M. Ia dianggap sebagai orang pertama yang menguak asal usul
Candi Borobudur yang awalnya tertimbun tanah.
Ia memerintahkan anak buahnya untuk membongkar tanah di sekitar
tempatnya menemukan batu-batuan tua itu. Dan benar saja, sebuah tumpukan
batu-batu besar menjulang membentuk sebuah piramida raksasa. Rafless
kemudian memerintahkan anak buahnya itu untuk meneruskan pekerjaannya,
akan tetapi karena kesibukan perang pekerjaan ini akhirnya terbengkalai.
Pada tahun 1835 Masehi, Hartman, Gubernur Jendral Belanda melanjutkan
proses pengangkatan Candi Borobudur yang ditinggalkan oleh Rafless
selepas Inggris mengalami kekalahan perang dalam memperbutkan daerah
jajahannya yaitu Indonesia. Hartman mengerahkan banyak pekerja untuk
membongkar dan menghilangkan semua penghalan yang menutupi tumpukan
batu-batu ini. Ia memang sangat tertarik pada candi yang ditemukannya
tersebut dan mengusahakan pembersihan menyeluruh dari puing-pung yang
mengotori candi ini.
Pemugaran Candi Borobudur yang Pertama Kali
Kendati sudah dibersihkan dari segala macam puing, tanah, dan kayu-kayu
besar yang menutupinya. Candi Borobudur belumlah berbentuk secara
sempurna. Banyak bagian yang gompel, hilang, dan rusak karena ditelan
zaman. Menyadari hal ini, pada tahun 1907-1911 Masehi, di bawah
pimpinan Van Erf, Belanda mulai melakukan pemugaran terhadap candi yang
memang terlihat belum sempurna. Pemugaran ini masih dilakukan dengan
teknologi konvensional, sehingga reliefnya belum juga terbentuk seperti
aslinya. Pemugaran Candi Borobudur ini hanya dilakukan sebatas untuk
menghindari kerusakan-kerusakan lebih lanjut dengan memindahkan
batuan-batuan yang rentan runtuh dari asal usul Candi Borobudur yang
awalnya tak terurus. Kendati demikian, Erf sudah berjasa bagi Bangsa
Indonesia karena ia telah menyelamatkan peninggalan nenek moyang bangsa
Indonesia itu dari kerusakan yang lebih parah.
Pemugaran Candi Borobudur Tahap Berikutnya
Disibukan oleh kekacauan politik, militer, ekonomi sejak berlangsungnya
perang dunia pertama, beberapa pemerintah yang sempat berkuasa di
Indonesia mulai dari pemerintah Jajahan Belanda, Pemerintah Jajahan
Jepang, dan Pemerintah Republik Indonesia menjadi tak lagi peduli dengan
peninggalan sejarah yang memiliki nilai histori ini. Candi Borobudur
dibiarkan begitu saja tanpa perawatan, terbengkalai, dan tak
dipedulikan. [BACA : Mengenal Manfaat Pring Pethuk Lebih Jauh ]
Seiring berjalannya waktu, saat kondisi negara mulai membaik, pada
tanggal 10 Agustus 1973 pemugaran lanjut kemudian dilakukan di masa
kepemimpinan Presiden Soeharto. Bukti pemugaran ini berupa prasasti
seberat 20 ton yang sengaja dibuat dan diletakan di sebelah Barat Laut
Candi menghadap ke Timur. Uniknya, pemugaran Candi Borobudur yang berada
di bawah pimpinan Dr. Soekmono ini dilakukan oleh sekitar 600 pekerja
yang kebanyakan di antaranya merupakan tenaga-tenaga muda lulusan SMA
dan STM bangunan yang sebelumnya sudah diberikan pendidikan dan
keterampilan khususnya tentang bidang Chemika Arkeologi (CA) dan
Teknologi Arkeologi (TA). Mereka adalah asli putra dan putri bangsa
Indonesia sendiri, tak ada satu pun di antaranya tenaga ahli dari luar
negeri.
Beberapa bagian yang dipugar dari Candi Borobudur pada masa itu antara
lain Rapadhatu (tempat tingkat di bagian bawah yang berbentuk persegi),
kaki candi, Teras 1, Teras 2, Teras 3, dan Stupa Induk. Dengan banyaknya
bagian yang dipugar ini, waktu yang dibutuhkan untuk proses
pengerjaannya adalah sekitar 10 tahun. Ya, pemugaran selesai dilakukan
pada 23 Februari 1983.
Asal Usul Candi Borobudur
Candi Borobudur Saat Ini
Candi Borobudur saat ini setiap tahunnya dikunjungi oleh lebih dari 3,5
juta wisatawan baik lokal maupun mancanegara (Data Tahun 2013). Perihal
asal usul Candi Borobudur, di salah satu bagian candi juga dijelaskan
secara singkat. Anda bisa menikmati keindahan yang tersaji dari bangunan
bersejarah tersebut, di mana gunung-gunung yang mengitari bangunan
peninggalan Dinasti Syailendra ini tentu membuat pengalaman tersendiri.
Tunggu apa lagi, segeralah beranjak untuk pergi ke Magelang, buktikan
kebenaran asal usul Candi Borobudur yang Anda peroleh dari artikel ini.
Salam.
Sumber: http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/03/asal-usul-candi-borobudur-yang-sejarah.html
Disalin dari Blog Kisah Asal Usul.
Sumber: http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/03/asal-usul-candi-borobudur-yang-sejarah.html
Disalin dari Blog Kisah Asal Usul.
Home » Asal Usul » Indonesia » Asal Usul Candi Borobudur yang Sengaja
DISEMBUNYIKAN!!
Asal Usul Candi Borobudur yang Sengaja DISEMBUNYIKAN!!
Administrator
9 Comments
Asal Usul, Indonesia
Selasa, 31 Maret 2015
Tak banyak dari kita yang tahu bagaimana sebetulnya asal usul Candi
Borobudur yang hingga saat ini bangunannya bisa kita lihat dan kita
sentuh sesuka hati kapanpun. Ya, jarang memang dari kita ini yang mau
peduli dengan sejarah. Bagaimana ia sebetulnya mulai terbentuk, apa
alasan pembangunan candi megah itu, sejak kapan Candi Borobudur
dibangun, hingga kisah-kisah lain yang terkait dengan berdiri kokohnya
candi Budha yang satu ini di tanah Jawa, kita semua tak tahu. Nah,
menyadari hal itu, saya kemudian berpikir untuk menuliskan rahasia asal
usul Candi Borobudur yang belum banyak diketahui orang khusus bagi Anda
yang memang benar-benar ingin mengetahuinya. Beruntunglah Anda telah
memperoleh pemahaman gratis dari blog Kisah Asal Usul ini. Silakan
disimak!
Asal Usul Candi Borobudur
Sekilas Tentang Asal Usul Candi Borobudur
Candi Borobudur adalah sebuah candi Buddha yang berada di Kecamatan
Borobudur Kabupaten Magelang. Letaknya adalah sekitar 15 km arah selatan
kota Magelang. Candi ini berada di dataran berbukit yang hampir
seluruhnya dikelilingi oleh gunung. Adapun gunung yang mengelilingi
candi ini antara lain Gunung Merbabu (sebelah timur), Gunung Merapi
(sebelah Barat laut), Gunung Sumbing (sebelah Selatan) dan Gunung
Sindoro (sebelah Utara).
Perkiraan Asal-Usul Didirikannya Borobudur
Hasil perkiraan para ahli sejawan menyebut bahwa Candi Borobudur
didirikan di sekitar tahun 800 Masehi. Perkiraan ini didasari oleh
penemuan adanya suatu tulisan singkat yang dipahatkan pada pigura asli
relief kaki candi (Karwa Wibhangga). Tulisan ini menggunakan huruf
pallawa yang diidentifikasi merupakan huruf yang digunakan di abad ke 8
Masehi. Perkiraan ini semakin kuat dengan ditemukannya kecocokan bukti
yang terkait dengan kerangka sejarah Indonesia secara umum.[BACA : Asal
Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia ]
Abad ke 8 Masehi memang diketahui merupakan abad kejayaan Wangsa
Syailendra yang merupakan Wangsa kerajaan Budha. Banyak ditemukan
candi-candi kecil yang ditemukan di kaki dan lereng gunung yang
mengitari Candi Borobudur yang diidentifikasi merupakan peninggalan
wangsa Syailendra yang merupakan wangsa penganut agama Budha Mahayana.
Nah, berdasar bukti-bukti tersebut, ditariklah kesimpulan bahwa asal
usul Candi Borobudur adalah dibangun oleh Wangsa Syailendra pada Abad ke
800 masehi.
Asal Usul Candi Borobudur
Tahap Pembangunan Borobudur
Dari bukti sejarah yang berupa identifikasi serat dan corak batuan yang
digunakan dalam pembangunan Candi Borobudur, serta beberapa prasasti
pada sekitar abad pembangunannya, di perkirakan bahwa asal usul Candi
Borobudur dibangun oleh Wangsa Syailendra dalam waktu 50 tahun.
Pembangunan tersebut dilakukan dengan beberapa tahapan yang antara lain:
Tahap Pertama; Pembangunan tata susun bertingkat dengan rancangan
membentuk piramida berundak. Akan tetapi analisis karbon menunjukan jika
susunan tersebut kemudian di bongkar untuk disusun ulang, mungkin
karena kesalahan rancangan sehingga tahap ini belum bisa dikatakan asal
usul Candi Borobudur.
Tahap kedua; Pada tahap kedua, pondasi Candi Borobudur diperlebar.
Pondasi ini ditambah dengan dua buah undak persegi dan satu buah undak
lingkaran. Undak ini kemudian langsung diberi stupa induk besar.
Tahap ketiga; Undak di atas lingkaran yang dilengkapi dengan stupa
induk besar hasil pekerjaan tahap kedua dibongkar dan digantikan dengan
tiga buah undak lingkaran. Beberapa stupa dipasang pada puncak
undak-undak ini, di mana salah satunya merupakan stupa dengan ukuran
besar (di bagian tengah).
Tahap keempat; Diperkirakan ada perubahan kecil berupa pembuatan
relief, penambahan tangga, dan penggunaan lengkung di atas pintu masuk.
Asal-Usul Penemuan Candi Borobudur
Asal Usul Candi Borobudur
Setelah Candi Borobudur selesai dibangun, beberapa prasasti menyebut
jika Candi ini kemudian digunakan oleh orang-orang agama Budha masa itu
sebagai tempat ibadah dan ziarah. Penggunaan candi ini hanya berlangsung
dalam waktu singkat, yakni sekitar 150 tahun. Singkatnya penggunaan
candi ini memang tak sesuai dengan lama proses pembangunannya. Hal ini
diketahui dapat terjadi karena adanya migrasi besar-besaran orang-orang
Budha di sekitar Candi karena keruntuhan Wangsa Syailendra. Mereka
terdesak oleh keberadaan orang-orang hindu yang secara kuantitas memang
lebih banyak.
Dengan semakin sedikitnya para penganut Budha di sekitar wilayah
tersebut (Magelang saat ini), Candi Borobudur kemudian tidak digunakan
lagi. Ia tidak terawat dan sebagian dirusak oleh orang-orang yang belum
berpikir pentingnya peninggalan sejarah itu di masa depan. Karena tak
lagi terurus, Borobudur pun kemudian semakin rusak oleh alam. Waktu
terbengkalainya yang cukup lama membuat Candi megah ini ditumbuhi
pepohonan besar, tertimbun oleh abu letusan gunung yang ada di
sekitarnya, dan tertutup hilang terpendam di dalam tanah.[BACA : Batu
Merah Delima, Kegunaan, Asal-usul dan Harganya ]
Penemuan Kembali Candi Borobudur
Borobudur tertimbun tanah. Siapapun orang-orang di sana tak pernah tahu
jika dibawah kaki mereka ada sebuah Candi besar peninggalan kebudayaan
nenek moyang terdahulu. Namun keadaan berubah setelah sekitar tahun 1814
Masehi, Sir Thomas Stamford Rafless menemukan puing-puing batuan
berusia tua dalam jumlah banyak di sekitar wilayah tersebut.
Sir Thomas Stamford Rafles adalah Gubernur Jendral Inggris yang memimpin
Indonesia pada masa peralihan penjajahan dari Belanda ke Inggris tahun
1811 M –1816 M. Ia dianggap sebagai orang pertama yang menguak asal usul
Candi Borobudur yang awalnya tertimbun tanah.
Ia memerintahkan anak buahnya untuk membongkar tanah di sekitar
tempatnya menemukan batu-batuan tua itu. Dan benar saja, sebuah tumpukan
batu-batu besar menjulang membentuk sebuah piramida raksasa. Rafless
kemudian memerintahkan anak buahnya itu untuk meneruskan pekerjaannya,
akan tetapi karena kesibukan perang pekerjaan ini akhirnya terbengkalai.
Pada tahun 1835 Masehi, Hartman, Gubernur Jendral Belanda melanjutkan
proses pengangkatan Candi Borobudur yang ditinggalkan oleh Rafless
selepas Inggris mengalami kekalahan perang dalam memperbutkan daerah
jajahannya yaitu Indonesia. Hartman mengerahkan banyak pekerja untuk
membongkar dan menghilangkan semua penghalan yang menutupi tumpukan
batu-batu ini. Ia memang sangat tertarik pada candi yang ditemukannya
tersebut dan mengusahakan pembersihan menyeluruh dari puing-pung yang
mengotori candi ini.
Pemugaran Candi Borobudur yang Pertama Kali
Kendati sudah dibersihkan dari segala macam puing, tanah, dan kayu-kayu
besar yang menutupinya. Candi Borobudur belumlah berbentuk secara
sempurna. Banyak bagian yang gompel, hilang, dan rusak karena ditelan
zaman. Menyadari hal ini, pada tahun 1907-1911 Masehi, di bawah
pimpinan Van Erf, Belanda mulai melakukan pemugaran terhadap candi yang
memang terlihat belum sempurna. Pemugaran ini masih dilakukan dengan
teknologi konvensional, sehingga reliefnya belum juga terbentuk seperti
aslinya. Pemugaran Candi Borobudur ini hanya dilakukan sebatas untuk
menghindari kerusakan-kerusakan lebih lanjut dengan memindahkan
batuan-batuan yang rentan runtuh dari asal usul Candi Borobudur yang
awalnya tak terurus. Kendati demikian, Erf sudah berjasa bagi Bangsa
Indonesia karena ia telah menyelamatkan peninggalan nenek moyang bangsa
Indonesia itu dari kerusakan yang lebih parah.
Pemugaran Candi Borobudur Tahap Berikutnya
Disibukan oleh kekacauan politik, militer, ekonomi sejak berlangsungnya
perang dunia pertama, beberapa pemerintah yang sempat berkuasa di
Indonesia mulai dari pemerintah Jajahan Belanda, Pemerintah Jajahan
Jepang, dan Pemerintah Republik Indonesia menjadi tak lagi peduli dengan
peninggalan sejarah yang memiliki nilai histori ini. Candi Borobudur
dibiarkan begitu saja tanpa perawatan, terbengkalai, dan tak
dipedulikan. [BACA : Mengenal Manfaat Pring Pethuk Lebih Jauh ]
Seiring berjalannya waktu, saat kondisi negara mulai membaik, pada
tanggal 10 Agustus 1973 pemugaran lanjut kemudian dilakukan di masa
kepemimpinan Presiden Soeharto. Bukti pemugaran ini berupa prasasti
seberat 20 ton yang sengaja dibuat dan diletakan di sebelah Barat Laut
Candi menghadap ke Timur. Uniknya, pemugaran Candi Borobudur yang berada
di bawah pimpinan Dr. Soekmono ini dilakukan oleh sekitar 600 pekerja
yang kebanyakan di antaranya merupakan tenaga-tenaga muda lulusan SMA
dan STM bangunan yang sebelumnya sudah diberikan pendidikan dan
keterampilan khususnya tentang bidang Chemika Arkeologi (CA) dan
Teknologi Arkeologi (TA). Mereka adalah asli putra dan putri bangsa
Indonesia sendiri, tak ada satu pun di antaranya tenaga ahli dari luar
negeri.
Beberapa bagian yang dipugar dari Candi Borobudur pada masa itu antara
lain Rapadhatu (tempat tingkat di bagian bawah yang berbentuk persegi),
kaki candi, Teras 1, Teras 2, Teras 3, dan Stupa Induk. Dengan banyaknya
bagian yang dipugar ini, waktu yang dibutuhkan untuk proses
pengerjaannya adalah sekitar 10 tahun. Ya, pemugaran selesai dilakukan
pada 23 Februari 1983.
Asal Usul Candi Borobudur
Candi Borobudur Saat Ini
Candi Borobudur saat ini setiap tahunnya dikunjungi oleh lebih dari 3,5
juta wisatawan baik lokal maupun mancanegara (Data Tahun 2013). Perihal
asal usul Candi Borobudur, di salah satu bagian candi juga dijelaskan
secara singkat. Anda bisa menikmati keindahan yang tersaji dari bangunan
bersejarah tersebut, di mana gunung-gunung yang mengitari bangunan
peninggalan Dinasti Syailendra ini tentu membuat pengalaman tersendiri.
Tunggu apa lagi, segeralah beranjak untuk pergi ke Magelang, buktikan
kebenaran asal usul Candi Borobudur yang Anda peroleh dari artikel ini.
Salam.
Sumber: http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/03/asal-usul-candi-borobudur-yang-sejarah.html
Disalin dari Blog Kisah Asal Usul.
Sumber: http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/03/asal-usul-candi-borobudur-yang-sejarah.html
Disalin dari Blog Kisah Asal Usul.
0 komentar:
Posting Komentar